Para jagoan wanita di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Muslimah & Mujahidah
(Arrahmah.com) – Jika kita membaca sejarah para sahabat
perempuan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kita akan banyak menemukan kekaguman-kekaguman yang luar biasa. Mereka bukan hanya berilmu, berakhlaq, pandai membaca Al Qur’an, tapi juga
jago pedang, berkuda dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi
“dokter” yang pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan
perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena
melindungi Rasulullah! Subhanallah…

Simak kisah mereka.. Nusaibah si Jago Pedang Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam
yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang
merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah
kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan
pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau
memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut
melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi
melindungi sang pemimpin orang-orang beriman. Kata Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada
pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab
berperang membelaku.” Memang Nusaibah binti Ka’ab
Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga
begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-
ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan
sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang
mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang
Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai
terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia
untuk sanggup mati syahid di jalan Allah. Nusaibah adalah satu dari dua
perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang
kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya:
Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah
sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan
mengalirkan darah denga sia-sia.” Dalam perang Uhud, Nusaibah
membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke
medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan
Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah
Shallallahu alaihi Wassalam berdiri  tanpa perisai. Seorang Muslim berlari
mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang
berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh
Nusaibah untuk melindungi Nabi. Ummu Umarah sendiri menuturkan
pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke
Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa
tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum
muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya
berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan
pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya
terluka.” Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab,
“Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para
sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan
selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa
orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny
Qumaiah memukulku.” Rasulullah juga melihat luka di
belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu,
ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di
surga!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak
perduli lagi apa yang menimpaku di  dunia ini.” Subhanallah, sungguh setianya beliau
kepada baginda Rasulullah Shallallahu  alaihi Wassalam. Khaulah binti Azur (Ksatria Berkuda
Hitam) Siapa Ksatria Berkuda Hitam ini? Itulah
Khaulah binti Azur. Dia seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga.
Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan
pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba
waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela
Islam bersama para mujahidah lainnya. Diriwayatkan betapa dalam salah satu
peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan
Panglima Khalid bin Walid, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang
kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu
kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Seperti singa lapar yang
siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan
dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh. Panglima Khalid bin Walid serta
seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju
hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah pejuang tersebut yang
tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu.
Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui
bahwa the Black Rider, di penunggang kuda berbaju hitam itu
adalah seorang wanita! Keberanian Khaulah teruji ketika dia
dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura.
Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak
mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah
dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. Katanya, “Kalian yang
berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang
Romawi? Mau menjadi budak orang- orang kafir? Dimana harga diri kalian
sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana
kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi
budak orang-orang Romawi!” Demikianlah Khaulah terus membakar
semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan
tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika
gagal melarikan diri. “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut.
Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir
serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat. Dikisahkan bahwa akhirnya, karena
keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan
diri dari kurungan musuh!

Subhanallah… Nailah si Cantik yang Pemberani Nailah binti al-Farafishah adalah istri
Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan pandai. Bahkan suaminya
sendiri memujinya begini: “Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih
sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan
akalku.” Subhanallah! Mereka menikah di Madinah al-
Munawwarah dan sejak itu Ustman kagum pada tutur kata dan keahlian
Nailah di bidang sastra. Karena cintanya, Ustman paling senang
memberikan hadiah untuk istrinya itu. Mereka punya satu orang anak
perempuan, Maryan binti Ustman. Ketika terjadi fitnah yang memecah
belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut mengangkat
pedang untuk membela suaminya. Seorang musuh menerobos masuk
dan menyerang dengan pedang pada saat Ustman sedang memegang
mushaf atau Al Qur’an. Tetesan darahnya jatuh pada ayat 137 surah
Al Baqarah yang berbunyi, “Maka Allah akan memelihara engkau dari
mereka.” Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang terhunus. Nailah
berhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu,
dan menyebabkan jari-jari Nailah terputus Ustman syahid karena sabetan pedang pemberontak. Air
mata Nailah tumpah ruah saat memangku jenazah sang suami.
Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian menampari
wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah lalu berdoa, “Semoga Allah
menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu dan tidak ada
ampunan atas dosa-dosamu!” Dikisahkan dalam sejarah bahwa si
penampar itu keluar dari rumah Ustman dalam keadaan tangannya
menjadi kering dan matanya buta! Sesudah Ustman wafat, Nailah
berkabung selama 4 bulan 10 hari. Ia tak berdandan dan berhias dan tidak
meninggalkan rumah Ustman ke rumah ayahnya. Nailah memandang kesetiaan
terhadap suaminya sepeninggalnya lebih berpengaruh dan lebih besar
dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya,
ibunya dan juga kerabatnya. Ia selalu mendahulukan keutamaannya,
mengingat kebaikannya di setiap tempat dan kesempatan. Ketika
Ustman terbunuh, ia mengatakan, “Sungguh kalian telah membunuhnya
padahal ia telah menghidupkan malam dengan Al Qur’an dalam
rangkaian rakaat.” Subhanallah yah, ternyata umat muslim juga memiliki jagoan wanita
yang memang nyata adanya, semoga kita, para muslimah dapat mengambil
teladan dari mereka, aamiin. Sumber: • Al-Ekhlaas Islamic Page