Cerita
Islam sangatlah unik. Dibawa oleh seorang mulia Rasulullah SAW. Beliau
menyerang setiap prinsip yang dimiliki setiap orang di jazirah arab sana terutama kota
suci Makkah. Maka mereka yang telah bosan dengan ketidakadilan,
ketimpangan sosial, dan individualisme dibalik ajaran yang memang tidak
masuk akal mulai tersentuh hatinya jauh di tempat yang sangat dalam.
Lama-kelamaan
terbentuklah prinsip dan paradigma baru. Suatu idiologi yang nantinya
melahirkan orang-orang besar sepanjang zaman. Idiologi sempurna yang
memang sesuai dengan fitrah manusia. Idiologi itu adalah agama Islam
yang berisi kurikulum sempurna yang pernah ada di dunia. Sempurnanya
paham itu dibuktikan dengan dilahirkannya tokoh-tokoh terkemuka di
dunia.
Beberapa dari ratusan bahkan ribuan tokoh tersebut adalah:
1. Muhammad Ibn Abdullah – Rasulullah SAW
Ditempatkannya
Rasulullah sebagai orang nomor satu diantara 99 orang terkenal dan
tersohor di dunia menunjukkan begitu berpengaruhnya sosok Rasulullah
yang satu ini. Itu tidak lain karena beliau membawa suatu paham yang
cukup banyak dianut oleh orang lain. Meskipun beliau telah wafat, tapi
paham yang beliau bawa tetap terus menurun ke generasi berikutnya.
Bermodalkan
wahyu dan tuntunan dari Allah SWT, beliau mendidik para sahabat beliau.
Mulai dari hampa kegelapan menuju satu cahaya terang. Banyak sahabat
beliau yang berubah total menjadi pembela beliau dan syariat yang beliau
bawa. Banyak sahabat dan murid beliau yang menggoreskan namanya dengan
tinta emas di lembar catatan sejarah dunia.
Ini
semata-mata karena keistiqomahan beliau dalam membawa suatu pesan.
Bekal iman di dada beliau tolak segala bujuk rayu yang kerap mengguncang
nafsu. Bekal iman juga beliau relakan fisiknya. Berapa kali beliau
terkena lemparan batu. Sudah pernah beliau merasakan duri pelepah kurma
di jalanan. Dan sangat sering sekali beliau ditindas.
Kalaulah
beliau seperti kita yang mengeluh dan mundur barang sebentar, maka akan
tidak terbayangkan betapa kacaunya dunia ini. Kebebasan merajalela,
peperangan, dan kehancuran dimana-mana. Kalaulah beliau menerima
tawaran-tawaran kaum kafir Quraisy yang menggiurkan mungkin tidak akan
pernah ada istilah keadilan.
Itulah
beliau, yang telah menjalankan perannya. Kisah-kisah beliau sudah
sangat sering kita baca di buku-buku atau dengarkan. Begitu mulianya
beliau. Begitu sopannya beliau. Begitu cocoknya beliau sebagai tauladan.
Ya…Beliau adalah sebaik-baik teladan sebagai seorang manusia.
2. ‘Umar Ibn Khattab – Khulafaur Rasyidin II
Masuk
Islamnya ‘Umar ibn Khattab menambah kekuatan kaum muslimin. Beliau
mendukung kaum Muslimin seperti dahulu menentangnya. Sejak saat itu
terukirlah kisah-kisah mengagungkan dari hidup beliau. Salah satu dari
beberapa kisah mengagumkan dari sang khalifah adalah ketika beliau
mengambil kunci kota Yerusalem. Berikut kisah ceritanya:
Setelah
terjadinya perang Yarmuk , pasukan Muslimin terus melakukan ekspedisi
di bawah panglima Abu ‘Ubaidah dan Khalid Ibn Walid melakukan pembebasan
wilayah ke seluruh negeri. Tiba gilirannya pasukan Muslimin membebaskan
wilayah Yordania dan Palestina. Dalam perjalanannya pasukan Muslim
telah membebaskan kota-kota Sabtah, Gaza, Nablus, Bait-Jibril sehingga pembebasan kota Yerusalem tinggal menunggu saja.
Tibalah pasukan kecil yang dipimpin Amru bin ‘Ash mengepung kota Yerusalem. Kota Yerusalem didesain dengan pertahanan yang sangat kuat. Kota
itu dikelilingi benteng-benteng yang di depannya digali parit-parit
yang terjal. Bila pasukan musuh mendekat maka parit-parit itu akan diisi
dengan minyak panas atau sulfur yang membara. Oleh karena itu, butuh
rencana yang matang untuk menaklukkan kota Yerusalem.
Belum
lagi saat itu adalah musim dingin yang menusuk tulang. Kondisi ini
sangat menyulitkan pasukan Muslimin yang mengepung Kota Yerusalem. Tidak
tega melihat pasukannya yang kedinginan dalam pengepungan Kota
Yerusalem, maka Amru bin ‘Ash meminta bantuan kepada panglima Abu
‘Ubaidah. Saat itu ekspedisi Abu ‘Ubaidah ke bagian utara Syiria telah
selesai sehingga bisa dengan cepat membantu pasukan Islam di wilayah
selatan.
Berita kedatangan pasukan induk kaum Muslimin membuat ciut nyali pasukan dan warga Kristen dan Yahudi di dalam kota. Mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mempertahankan kota itu. Mempertahankan kota
itu hanya akan menambah penderitaan saja bagi mereka. Menyadari hal ini
maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perdamaian.
Permintaan
itu pun disambut baik oleh panglima Amru bin ‘Ash agar Yerusalem dapat
direbut tanpa pertumpahan darah setetes pun. Walaupun begitu, Uskup itu
ingin penyerahan kota
suci itu diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum
Muslimin yaitu Khalifah ‘Umar ibn Khattab r.a. Dia menghendaki agar
Umar datang secara pribadi ke Yerusalem.
Biasanya hal ini akan segera ditolak oleh pasukan pemenang.
Namun, tidak demikian yang dilakukan kaum Muslimin. Panglima Amru bin
‘Ash memahami benar kondisi psikologis dari penduduk Yerusalem. Dua
dasawarsa silam kota ini pernah terjadi perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan penajisan tempat-tempat suci oleh pasukan Persia. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Amirul Mukminin.
Mendengar
permintaann itu, Khalifah menggelar Majelis Syuro di Madinah. Kota suci
itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan
Rasulullah SAW pada malam hari ketika beliau Isra’, kota itu menjadi
saksi kehadiran para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi
Isa sehingga dari majelis itu dihasilkan keputusan bahwa khalifah harus
pergi ke Yerusalem.
Setelah
menitipkan urusan Madinah kepada Ali ibn Abi Thalib, khalifah pergi
bersama seorang pelayannya dengan seekor unta. Mereka secara
berganti-ganti menunggangi dan menuntun unta tersebut. Tibalah saat
giliran Umar yang berjalan kaki dan pelayannya yang menunggangi kuda dan
saat itu juga mereka tiba di desa Jabiah tempat pasukan Muslimin
menunggunya. Khalifah menuntun unta sementara pelayannya menunggangi
unta tersebut adalah pemandangan yang amat ganjil disaksikan masyarakat
Desa Jabiah.
Di Desa Jabiah inilah kemudian ditandatangani Perjanjian Aelia. Perjanjian itu berbunyi: “Inilah
perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah ‘Umar, Amirul Mukminin,
kepada rakyat Aelia: dia menjaga keamanan diri, harta benda,
gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan
semua aliran agama mereka. Tidak boleh menganggu gereja mereka baik
membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian
pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak
boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk
member tempat tinggal kepada orang Yahudi.” Butir pelarangan Yahudi bertempat tinggal di Yerusalem adalah permintaan khusus dari pemimpin Kristen.
Setelah
itu ‘Umar masuk ke Yerusalem dengan berjalan kaki tidak ada pengawal.
Di pintu gerbang khalifah disambut oleh Partiarch Yerusalem yang
didampingi para pembesar gereja. Para penyambut tamu berpakaian berkilau-kilau sementara ‘Umar mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya
telah ada saran sahabat untuk mengganti pakaiannya, namun beliau
berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat Iman
Islam bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan ‘Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, “Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama mana pun.”
Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Soprhronius menyerahkan kunci kota
Yerusalem kepada khalifah ‘Umar r.a. Setelah itu ‘Umar ingin diantar ke
suatu tempat untuk melaksanakan shalat. ‘Umar lalu di bawa ke tempat di
mana Nabi Daud AS konon dipercaya shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Menyaksikan hal itu Sophronius berujar: “Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik.”
‘Umar
tinggal beberapa hari di Yerusalem. Beliau mengatur administrasi
pemeritahan dan yang lainnya. ‘Umar juga mendirikan masjid yang kini
dikenal sebagai Masjid ‘Umar. Bilal pun mendapatkan adzan pertama kali
di masjid tersebut. Sejak saat itu adzan akan terus berkumandang membawa
angin perdamaian di kota
Yerusalem. Kedamaian itu akan terjaga hingga terjadinya perang salib I
yang dikobarkan Paus Urbanus II dan Peter si Pertapa yang melanggar
Perjanjian Aelia.Sumber : http://akheyical.blogspot.com